Ilusrtasi from sindonews.com |
Tugas ke-4, Lutfi Nur Ibrahim, 14411169, 3IB01C
Depresiasi adalah suatu proses penurunan mata uang dalam negeri yang di pengaruhi oleh mekanisme perdagangan.
Depresiasi dalam dunia akuntansi merupakan sebuah penyusutan mata uang, penyusutan adalah merupakan proses penyisihan sejumlah uang (biaya) atas harta/aset yang dipakai untuk menghasilkan pendapatan, atau bisa di artikan sebagai sejumlah biaya yang dikumpulkan dalam periode tertentu terhadap harta/aset yang dipakai dalam proses untuk mendapatkan pendapatan, akan tetapi ini bukan berarti pengumpulan sejumlah dana untuk mengganti aset.
Berikut ilustrasi tentang depresiasi / penyusutan:
Pedagang kue bolu kukus berjualan hampir setiap hari, dari penjualannya itu dia mendapatkan laba : Rp 30.000,-
berikut adalah cara si penjual kue bolu kukus menghitung laba yang diperoleh dari penjualan kue bolu kukus tersebut :
1 kue bolu kukus di beri harga Rp.1500 ( setiap hari pedagang mampu menjual ±150 biji kue bolu kukus) jadi LABA KOTOR yang di peroleh pedagang kue bolu kukus dengan rumus (Harga 1 kue bolu kukus X jumlah kue bolu kukus terjual = laba kotor) Rp 1500 X 150 = Rp 225.000
Setelah laba kotor didapat sekarang baru menghitung laba bersih dengan rumus sebagai berikut (laba bersih = laba kotor - (Harga tepung terigu + Telur ayam+alas bolu+gula pasir+bahan bakar untuk kompor+soda kue+cokelat bubuk+vanilla). jadi LABA BERSIH = Rp 225.000 - (Rp 49.000 + Rp 20.000+ Rp15.000 + Rp50.000+Rp19.000+Rp30.000+12.000) = Rp 30.000, jadi laba bersih yang di peroleh pedagang kue bolu kukus adalah Rp 30.000.
Dalam proses produksi kue bolu pedangang menggunakan alat-alat seperti kompor, oven, wajan dll, alat-alat tersebut dalam kondisi normal akan mengalami kerusakan-kerusakan sedikit demi sedikit sehingga mengakibatkan berkurangnya umur alat-alat yang di pakai pedagang untuk proses produksi, dengan kata lain pedagang harus mengganti alat-alat produksi yang mengalami kerukan sehingga memangkas keuntungan dari penjualan nah hal inilah yang desebut biaya depresiasi / biaya penyusutan, dengan begitu cara perhitungannya mennggunakan rumus :
LABA BERSIH =laba kotor - (Harga tepung terigu + Telur ayam+alas bolu+gula pasir+bahan bakar untuk kompor+soda kue+cokelat bubuk+vanilla) + ( biaya perbaikan kompor + biaya perbaikan wajan).
LABA BERSIH = Rp 225.000 - (Rp 49.000 + Rp 20.000+ Rp15.000 + Rp50.000+Rp19.000+Rp30.000+Rp12.000) + (6000 + 5000) = Rp 19000 jadi biaya bersih setelah dikurangi dengan biaya penyusutan menjadi Rp 19.000.
Untuk menghitung biaya depresiasi / penyusutan.
Terdapat beberapa metode karena contoh diatas perusahaan kecil menengah maka bisa menggunakan penyusutan garis lurus yaitu dengan menentukan berapa tahun wajan dan kompor tersebut dapat digunakan, berapa nilai sisa atau nilai residu dan harga beli dari kedua barang tersebut, misalkan wajan tersebut dapat dipakai sekitar 3 tahun, nilai sisa nya Rp.30.000, dan harga belinya Rp.300.000.
maka biaya penyusutan = (harga beli - taksiran nilai sisa) ÷ taksiran umur kegunaan, dengan menggunakan rumus diatas dapat ditentukan nilai penyusutan untuk wajan dan kompor adalah (Rp.300.000 - Rp.30.000) ÷ 3 = Rp. 90.000, jika pedagang kue bolu kukus menghitung penghasilannya perhari maka Rp.90.000:12 (bulan ) = Rp.7.500:30(hari)=Rp.250, jadi biaya penyusutan perhari kompor dan wajan Rp.250 sehingga pada akhir tahun ketiga wajan dan kompor tersebut sudah habis masa pakainya akan tetapi si pedagang kue bolu kukus mempunyai uang Rp.300.000 ini merupakan total biaya penyusutan yang telah dikumpulkan selama 3 tahun, akan tetapi biaya penyusutan tidak dapat diartikan sebagai pengumpulan sejumlah dana untuk mengganti aset/aktiva/barang lama dengan aset yang baru, uang Rp.300.000 yang dipegang oleh pedagang kue bolu kukus merupakan jumlah total biaya penyusutan (akumulasi biaya penyusutan) selama 3 tahun. bukan uang yang dikumpulkan selama 3 tahun untuk membeli wajan dan kompor baru.
Jenis-Jenis Metode Perhitungan Depresiasi
a. Metode Garis Lurus ( The Straight Line Method )
Pada metode ini besarnya dana depresiasi berbanding lurus dengan umur mesin. Besarnya dana depresiasi adalah sama untuk setiap tahun, metode ini seperti contoh ilustrasi di atas.
Berikut cara perhitungannya:
D = (P-L) / n
ket:
D = Dana depresiasi untuk setiap tahun (Rp).
P = Harga awal mesin (Rp).
L = Harga akhir mesin (Rp).
n = Umur pakai mesin (tahun).
b. Metode Persentase Tetap ( Double Declining Balance Method)
Metode ini biasa disebut matheson formula. Perbandingan nilai depresiasi setiap tahun terhadap nilai buku pada awal tahun tersebut adalah konstan sepanjang umurnya. Perbandingan di beri notasi k.
1.Besarnya depresiasi untuk tahun pertama adalah :
d1 = P . k
2.Besarnya depresiasi untuk tahun ke-x adalah :
dx = ( BVx-1) . k
3.Harga akhir pada umur n tahun adalah :
Ln = P . (1-k)^n
4.Book Value pada tahun ke-x adalah :
BVx = P . (1-X)X
c. Metoda jumlah digit (The Sum of Y year Digit Methode).
Pada metoda ini dana depresia si dibebankan lebih besar pada tahun-tahun pertama dan berangsur-angsur kecil pada tahun berikutnya.
Perhitungan dilakukan sebagai berikut :
DN = (P - L) [ 2 (n - N +1) / n(n+1) ]
ket:
DN = Dana depresiasi tahun ke-n
P = Harga awal mesin
L = Harga akhir mesin
N = Tahun ke-N perhitungan depresiasi
n = Umur pakai mesin
d. Metoda Capital Recovery
Dana Pengembalian Modal (Capital Recovery)
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
CR = (P - L) (A/P, i, n) + Li
dimana :
CR = Capital Recovery Cost
P = Harga Awal
L = Harga Akhir
(A/P, i, n) = Capital Recovery Factor
Deplesi
Deplesi adalah kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang bersifat alami dan tidak dapat diperbaharui. Deplesi merupakan salah satu istilah ekonomi geografi yang digunakandalam dunia pertambangan untuk menyatakan penyusutan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya.
Deplesi
terkadang juga di gunakan dalam ilmu biologi sebagai penganti istilah
penyusutan, berkurangnya jumlah suatu senyawa organik yang terjadi dalam sel.
Kata deplesi digunakan jika penyusutan yang terjadi tidak bersifat merugikan
tetapi mempunyai manfaat bagi bagian-bagian yang menerima hasil dari penyusutan
tersebut.
Dalam
ilmu akuntansi yang merupakan bagian ilmu yang paling banyak menggunakan
istilah deplesi, deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang diperolehan
sumber-sumber alam ke periode-periode yang menerima manfaat dari sumber itu.
Biaya deplesi dihitung dengan metode satuan produksi yang berarti bahwa biaya
deplesi merupakan fungsi jumlah satuan yang dieksploitasi selama satu periode.
Dalam ini hal yang di eksploitasi adala sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Karena pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
berhubungan erat dengan sektor pertambangan, maka bisa dikatakan bahwa kata deplesi selalunya pasti merujuk pada perhitungan
akuntansi pertambangan yang beerkaitan dengan hasil residu, tafsiran perolehan,
dll.
Ilustrasi 1 :
PT Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp. 500.000.000.000,- Estimasi hasil yang terkandung didalamnya sebesar 1.000.000 ton bahan tambang. Tahun pertama berhasil ditambang sebesar 26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang dilakukan akhir tahun pertama adalah :
D : Beban Deplesi=== Rp. 13.250.000.000,-
K : Akumulasi Deplesi====== Rp. 13.250.000.000,-
Keterangan:
Besarnya deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.
Ilustrasi 2 :
Pada tanggal 5 Januari 20 A PT Perkasa membeli tanah yang mengandung bijih besi seharga Rp. 100 milyar. Estimasi nilai sisa tanah seharga Rp. 20 milyar. Hasil survey geologi pada saat pembelian terdapat 2 juta bijih besi yang dapat diambil. Pada tahun 20A dikeluarkan biaya untuk pembuatan jalan dan proses pengeluaran bijih besi sejumlah Rp. 750 juta. Pada tahun 20A, 50.000 ton telah ditambang. Survey baru dilakukan pada akhir tahun 20B dan diperkirakan ada 3 juta ton bijih besi yang terkandung didalam tambang. Pada tahun 20B, 125.000 ton bijih besi berhasil ditambang.
Instruksi:
Hitunglah beban deplesi tahun 20A dan 20B
Solusi :
Beban Deplesi tahun 20A :
Harga sumber daya -nilai sisa Rp. 80.000.000.000,-
Perbaikan lahan jalan............Rp 750.000.000,-
Jumlah..................................Rp.80.750.000.000,-
PT Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp. 500.000.000.000,- Estimasi hasil yang terkandung didalamnya sebesar 1.000.000 ton bahan tambang. Tahun pertama berhasil ditambang sebesar 26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang dilakukan akhir tahun pertama adalah :
D : Beban Deplesi=== Rp. 13.250.000.000,-
K : Akumulasi Deplesi====== Rp. 13.250.000.000,-
Keterangan:
Besarnya deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.
Ilustrasi 2 :
Pada tanggal 5 Januari 20 A PT Perkasa membeli tanah yang mengandung bijih besi seharga Rp. 100 milyar. Estimasi nilai sisa tanah seharga Rp. 20 milyar. Hasil survey geologi pada saat pembelian terdapat 2 juta bijih besi yang dapat diambil. Pada tahun 20A dikeluarkan biaya untuk pembuatan jalan dan proses pengeluaran bijih besi sejumlah Rp. 750 juta. Pada tahun 20A, 50.000 ton telah ditambang. Survey baru dilakukan pada akhir tahun 20B dan diperkirakan ada 3 juta ton bijih besi yang terkandung didalam tambang. Pada tahun 20B, 125.000 ton bijih besi berhasil ditambang.
Instruksi:
Hitunglah beban deplesi tahun 20A dan 20B
Solusi :
Beban Deplesi tahun 20A :
Harga sumber daya -nilai sisa Rp. 80.000.000.000,-
Perbaikan lahan jalan............Rp 750.000.000,-
Jumlah..................................Rp.80.750.000.000,-
Estimasi bijih besi dalam ton = 2.000.000 ton
Biaya deplesi per ton Rp. 40.375,-
Beban Deplesi Tahun 20A =
* 50.000 ton x Rp. 40.375 = Rp. 2.018.750.000,-
Beban Deplesi tahun 20B :
Harga sumber daya (neto) Rp. 80.750.000.000,-
Beban Deplesi tahun 20A... Rp. 2.018.750.000,-
Sisa pada awal tahun 20A...Rp. 78.731.250.000,-
Sisa bijih besi setelah survey ( ton) = 3.125.000 ton
( 3.000.000 + 125.000)
Biaya Deplesi per ton Rp. 25.194,-
Biaya deplesi tahun 20B =
* 125.000 ton x Rp. 25.194,- = Rp. 3.149.250.000,-
Source :
http://accounting-intelligence.blogspot.com/2013/03/pengertian-depresiasi-penyusutan-dan.html
http://niluh-ayu.blogspot.com/2013/12/tugas-3-depresiasi.html
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35153/1/Appendix.pdf
Other link:
www.gunadarma.ac.id
www.baak.gunadarma.ac.id
www.library.gunadarma.ac.id
www.studentsite.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar